Jumat, 08 Oktober 2010

memupuk jiwa keteladanan

28-5-2010

MEMUPUK JIWA KETELADANAN

Tidak ada satu makhluk pun yang sudah lahir sudah menjadi ilmuan, tokoh, kiai, cendikiawan, politikus atau orang-orang besar lainnya. Semua berangkat dari ketidak pengertian. Lahir dalam keadaan lemah tak berdaya dan tidak mengerti apa-apa. Allah SWT telah menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya dalam surah An Nahl ayat 78

“ dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur ( Q.S An-Nahl ayat 78)

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati itulah kemudian manusia belajar menjadi bisa. Ia belajar mengingat apa-apa yang ia dengar dengan pendengarnya. Ia belajar menhenali apa-apa yang ia lihat dengan penglihatannya. Dan ia berusaha memahami apa yang ia rasakan dengan hatinya.

Dari sana lantas sebuah proses meniru dan mengikuti selalu terjadi pada diri anak-anak manusia. Bintang pun belajar dari induk mereka dengan cara melihat, lantas menirukan. Pendek kata seluruh makhluk hidup di dunia selalu belajar dengan cara meniru, selain melalui inisiatif yang diilhamkan Allah SWT kepada diri mereka masing-masing karenanya, dalam hal berbahasa misalnya, anak-anak yang lahir secara normal tidak pernah memerlukan kursus khusus untuk memahami bahasa ibu kandungnya. Ia cukup mendengar dan menirukan. Kenyataan-kenyataan di atas menjelaskan dengan sangat tegas akan pentinya keteladanan dalam hidup. Karena setiap orang punya tabiat meniru. Maka pihak yang dimungkinkan akan ditiru semestinya selalu tampil sebagai teladan yang baik. Agar mereka yang meniru mendapatkan contoh yang baik untuk ditiru

Kaum muslimin siding jum`at yang berbahagia

Teman yang baik menurut Rasullullah seperti penjual minyak wangi. Kita bisa membeli minyak wangi itu, atau ia member kita secara cuma-cuma atau setidaknua kita bisa mencium bau wanginya

Namun ketika Rasullullah menganjurkan seorang muslim memilih teman yang baik, tentu itu juga harus dipahami sebagai perintah agar seorang muslim juga menjadi teman yang baik. Bila tidak kemana orang-orang Muslim akan mencari teman yang baik? Kemana mencari para penjual minyak wangi? Bahkan keteladanan adalah juga tanggung jawab bagi kesinambungan generasi demi generasi. Itulah yang kita maknai dari penjelasan Rasullullah

Mengapa setiap bayi tergantung orang tuanya. Orang tuanyalah yang akan menjadikan bayi itu Yahudi atau Nasrani atau Majusi. Karena bayi itu lahir dalam keadaan fitrah. Ia akan meniru dan belajar apa-apa yang ditanamkan kedua orang tuanya

Kaum muslimin sidang jum`at yang berbahagia

Keteladanan adalah guru yang mengajarkan banyak hal tanpa banyak bicara. Itu jauh lebih memberi arti dan pengaruh ketimbang berjuta-juga kata-kata. Karena bahasa prilaku lebih tajam ari bahasa lisan. Segalanya lebih lebih berkesan dari kata-kata. Dengan contoh yang nyata orang akan bisa dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar

Kaum muslimin yang berbahagia

Banyak cara untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan tiding sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan, artinya seseorang berusaha untuk memberikan contoh yang baik. Dengan tetap menjaga kehormatan diri tampa menyombongkan dan merendahkan diri tampa harus menghinakan